Nama Anggota :
1. Eny
2. Indah Novitasari
3. Pebityadara SP
Pengaruh Merek dan Keputusan pembelian
Konsumen
r
Pengertian
Merek
Sumarwan (2004) mendefinisikan merek
sebagai simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Aaker (1997) yang menyebutkan bahwa “merek adalah nama dan/
atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo,cap, atau kemasan) dengan
maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau penjual tertentu
yang mampu membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh para
kompetitor”. Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
merek merupakan suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan
membedakannya dengan produk-produk lain sehingga mudah dikenali oleh konsumen
ketika hendak membeli sebuah produk.
Menurut Kotler (2005), merek dapat
memiliki enam level pengertian, yaitu :
Atribut :
Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
Manfaat :
Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
Nilai :
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
Budaya :
Merek juga mewakili budaya tertentu.
Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk.
r
Manfaat
Merek
Berikut
adalah beberapa manfaat merek yang di kemukakan oleh Simamora, Pride dan
Ferrell, serta Rangkuti :
1. Menurut
Simamora (2004)
a) Bagi
pembeli : Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi
perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.
b) Bagi
masyarakat : Memungkinkan mutu produk, meningkatkan efesiensi pembeli,
meningkatkan inovasi-inovasi baru.
c) Bagi
penjual : Memudahkan penjual mengelolah pesanan, memberikan perlindungan hukum,
memungkinkan menarik sekelompok pembeli, dan membantu penjual melakukan
segmentasi pasar.
2. Pride
dan Ferell (1995)
a) Merek
membantu para pembeli mengidentifikasi produk-produk tertentu yang mereka sukai
atau tidak mereka sukai.
b) Merek
membantu para pembeli melakukan evaluasi.
c) Merek
dapat menawarkan imbalan psikologis yang berasal dari kepemilikan sebuah merek
yang merupakan simbol status.
3. Rangkuti
(2004)
a) Bagi
Perusahaan :
o
Nama merek memudahkan penjual
mengelolah pesanan-pesanan dan memperkecil timbulnya permasalahan.
o
Nama merek dan tanda dagang secara
hukum akan melindungi penjualan dari permasalahn ciri-ciri produk. Karena bila
tidak setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran.
o
Merek memberikan peluang bagi penual
untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap produknya.
o
Merek dapat membantu penjual
mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen.
o
Citra perusahaan dapat dibina dengan
adanya nama yang baik.
b) Bagi
distributor :
o
Memudahkan penangan produk.
o
Mengidentifikasi pendistribusian
produk.
o
Meminta produk agar berada pada standar
mutu tertentu.
o
Meningkatkan pilihan para pembeli.
c) Bagi
Konsumen :
o
Memudahkan mengenali mutu.
o
Dapat berjalan dengan mudah dan
efesien, terutama ketika membeli kembali.
o
Dengan adanya merek tertentu, konsumen
dapat mengaitkan status dan prestisenya.
Pemerekan
sebuah produk dapat membantu para penjual membentuk loyalitas pelanggan. Jika
sebuah perusahaan berhasil mengembangkan loyalitas konsumennya melalui sebuah
merek, perusahaan tersebut dapat menjual produk dengan harga yang lebih tinggi
dari pesaingnya.
r
Cara
Membangun Merek yang Kuat
Rangkuti (2004) mengemukkan bahwa
membangun merek yang kuat tidak berada dengan membangun sebuah rumah. Oleh
karena itu, untuk membangun sebuah merek yang kuat diperlukan juaga sebuah
fondasi yang kuat. Berikut adalah cara-cara yang bisa kita gunakan untuk
membangun merek yang kuat.
1. Sebuah
merek harus memiliki pemosisian yang tepat, merek harus ditempatkan secara
sepesifik di benak pelanggan.
2.
Memiliki nilai merek yang tepat, merek
akan semakin kompeitif jika dapat diposisikan secara tepat.
3. Merek
harus memiliki konsep yang tepat, konsep yang baik dapat mengomunikasikan semua
elemen nilai merek dan pemosisian yang tepat sehingga citra merek (brand image)
produk dapat ditingkatkan.
r
Citra
Merek
Citra
adalah konsep yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan secara sistematis
karena sifatnya abstrak (Simamora, 2004). Kotler dan fox dalam Sutisna (2002)
mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan
keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Citra
terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi
terhadap suatu merek. Rangkuti (2004) mengemukakan bahwa “citra merek adalah
sekumpul asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.”
Citra merek (brand image) dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat
sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama
halnya ketka kita berpikir mengenai orang lain.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang
telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa citra merek dapat positif atau
negatif, tergantung pada persepsi seseorang terhadap merek.
Gambar.
Kerangka
ekuitas merek berbasis konsumen
Berdasarkan Gambar di atas dapat
diketahui bahwa komponen citra merek adalah jenis-jenis asosiasi merek, dan
dukungan, kekuatan dan keunikan asosiasi merek.
1.
Asosiasi merek (brand association)
Menurut
Aaker dalam Simamora (2004), “asosiasi merek adalah sekumpul entitas yang lebih
dihubungkan dengan suatu merek. Lebih lanjut, Aaker dalam Rangkuti (2004)
mendefenisikan asosiasi merek sebagai segala hal yang berkaitan dengan ingatan
mengenai sebuah merek. Asosiasi merupakan atribut yang ada di dalam merek dan
akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman berhubungan
dengan merek tersebut.
Durianto
(2004) berpendapat bahwa asosiasi terhadap merek dibentuk oleh tiga hal, yaitu
nilai yang dirasakan (preceived value), kepribadian merek (brand personality),
dan asosiasi organisasi (organizational association).
a) Nilai
yang dirasakan : Nilai yang dirasakan diartikan sebagai persepsi kualitas yang
dibagi dengan harga. Ada lima unsur pembentuk nilai yang dirasakan, yaitu
kualitas, produk, harga, kualitas layanan, faktor emosional dan kemudahan
b) Kepribadian
merek : Kepribadian merek berhubungan dengan ikatan emosi merek tersebut dengan
manfaat merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek dan hubungan
pelanggan.
c) Asosiasi
Organisasi : Dalam asosiasi organisasi konsumen akan mengaitkan sebuah produk
dengan perusahaan yang memproduksinya. Asosiasi produk akan menjadi faktor
pentik jika merek yang ada mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya, atau
jika organisasi merupakan hal penting untuk dilihat.
2. Dukungan
asosiasi merek
Dukungan
asosiasi merek merupakan respons konsumen terhadap atribut, manfaat, serta
keyakinan dari suatu merek produk berdasarkan penilaian merek atas produk.
Atribut di sini tidak berkaitan dengan fungsi produk, tetapi berkaitan dengan
citra merek.
3. Kekuatan
asosiasi merek
Setelah
mengonsumsi sebuah produk, konsumen akan mengingat kesan yang ditangkap dari
produk tersebut. Jika konsumen telah merasakan manfaatnya, ingatan konsumen
terhadap produk tersebut akan lebih besar lagi dari pada ketika konsumen belum
menggunakannya. Itulah yang membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap
asosiasi sebuah merek. Kekuatan asosiasi merek ditunjukkan dengan reputasi baik
yang dimiliki produk tersebut di mata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki
manfaat ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri konsumen.
4. Keunikan
asosiasi merek
Jika
sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakannya dariproduk lain, produk tersebut
akan diingat oleh konsumen. Ingatan konsumen itu akan semakin kuat jika
konsumen sudah merasakan manfaat dari sebuah produk dan merasa bahwa merek lain
tidak akan bisa memuaskan keinginannya tersebut.
r Keputusan Pembelian Konsumen
Pengertian
Keputusan
Pembelian Konsumen
Proses
pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh prilaku konsumen.
Proses tersebut sebenarnya merupakan proses tersebut sebenarnya merupakan
proses pemecahan masalah dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen.
Menurut Peter
dan Olson (2000), “pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan
masalah yang diarahkan pada sasaran.” Lebih lengkap lagi, Peter dan Olson
(1999: 162-163) menyebutkan bahwa “inti dari pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision making) adalah proses pengintergasian yang mengombinasikan
pengetahuan untuk mengenali masalah, mencari solusi, mengevalusi alternatif,
dan memilih di antara pilihan-pilihan.
Model Prilaku Membeli
Pemasar
biasanya tertarik pada perilaku pembelian konsumen, terutama pada pilihan merek
mana yang akan dibeli oleh konsumen, karakteristik pembeli, dan proses
pengambilan keputusan pembelian produk tertentu. Tugas pemasar adalah memahami
apa yang memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli memulai dari adanya
rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian konsumen.
Model Keputusan Pembelian Konsumen
Engel et al
(2006) mengemukakan lima tahapan prilaku konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian, yaitu
1.
Pengenalan kebutuhan
Pengenalan
kebutuhan muncul ketika konsumen mengahadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan
di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang
sebenarnya terjadi.
2.
Pencarian informasi
Pencarian
informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut
bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan
mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan
mencari informasi dari luar (pencarian eksternal).
3.
Evaluasi alternatif
Evaluasi
alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya
sesuai dengan keinginan konsumen. Pada proses ini konsumen membandingkan
berbagai merek pilihan yang dapat memberikan manfaat kepadanya serta masalah
yang dihadapinya.
4.
Keputusan pembelian
Setelah
tahap-tahap di atas dilakukan, pembeli akan menentukan sikap dalam pengambilan
keputusan apakah membeli atau tidak. Jika memilih untuk membeli produk, dalam
hal ini konsumen dihadapkan pada beberapa alternatf pengambilan keputusan
seperti produk, merek, penjual, kuantitas, dan waktu pembelianny.
5.
Hasil
Setelah
membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau
ketidakpuasaan. Tahap ini dapat memberikan informasi yang penting bagi
perusahaan apakah produk dan pelayanaan yang telah dijual dapat memuaskan
konsumen atau tidak.
r Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian Konsumen
Pride and
Ferrell (1995) membagi faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ke dalam 3
kelompok, yaitu :
Faktor
Pribadi
Faktor
pribadi merupakan faktor yang unik bagi seseorang dan dapat mempengaruhi
keputusan pembelian. Faktor ini dapat digolongkan menjadi 3 hal, yaitu :
1.
Faktor Demografi, dengan ciri – ciri
individual seperti jenis kelamin, usia, ras, suku bangsa, pendapatan, siklus,
kehidupan keluarga, dan pekerjaan.
2. Faktor
Situsional, merupakan keadaan atau kondisi eksternal yang ada ketika konsumen
membuat keputusan pembelian.
3.
Faktor Tingkat Keterlibatan, merupakan
pertimbangan yang dilakukan oleh konsumen sebelum membeli.
Faktor
Psikologis
Faktor
yang ada pada diri seseorang untuk mempengaruhi perilakunya sebagai konsumen.
Faktor – faktor psikologis meliputi :
1.
Motif, energi internal yang mendorong
kegiatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan dan pencapaian sasaran.
2. Persepsi,
pemilihan masukan informasi untuk menghasilkan makna.
3. Kemampuan
dan pengetahuan, kesanggupan dan efisiensi untuk melakukan tugas – tugas
tertentu.
4. Sikap,
merujuk pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif terhadap sebuah
objek kegiatan tertentu.
5.
Kepribadian, ciri internaldan perilaku
yang membuat seseorag unik.
Faktor
Sosial
Perilaku
konsumen juga akan dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor sosial yang
melingkarinya. Faktor sosial tersebut meliputi, peran dan pengaruh keluarga,
kelompok referensi, kelas sosial, serta budaya dan subbudaya.
r Ketertarikan Antara Citra Merek dengan
Keputusan Pembelian Konsumen
Citra
merek adalah seperangkat ingatan yang ada di benak konsumen mengenai sebuah
merek, baik itu positif maupun negatif. Menurut Kotler (2005), atribut produk
tidak berkaitan dengan fungsi produk, melainkan dengan citra sebuah produk di
mata konsumen. Citra yang positif atau negatif lebih mudah dikenal oleh
konsumen sehingga produsen selalu berusaha mempertahankan, memperbaiki, dan
meningkatkan citra merek produknya di mata konsumen.

Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^