PENGARUH BUDAYA SUKU BUGIS
TERHADAP PERILAKU DALAM
MEMILIH PRODUK
Disusun oleh :
Alya Fatra Arief
Ayu
Paramidha
Dinda
Yunitasari
Nur
Hasanah Anggraini
Ria Adinda Asmara Putri
Yullia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Di era
yang semakin berkembang sekarang banyak budaya yang bermunculan dan tidak luput
dari kemajuan teknologi yang semakin cangih untuk melakukan aktifitas seperti
halnya bertransaksi uang kepada orang lain ataupun keluarga tanpa harus
mengambilnya dulu ke bank jauh – jauh. Budaya membeli sekarang juga sudah lebih
praktis seperti saat lapar dan tidak ada makan di rumah lebih lagi malas untuk keluar
rumah, sekarang tinggal angakat telepon dan menekan tombol yang ingin di tuju
makanan beberapa saat kemudian sudah datang.
Sebuah
budaya biasanya terlahir karena factor keluarga, teman, kerabat, lingkungan,
organisasi, dll. Bagaimana cara kita berbicara kepada orang lain yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
1.2 Identifikasi
masalah
1.
Pengertian budaya
2.
Pengertian Perilaku Konsumen
3.
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian
4.
Pengaruh budaya suku bugis dalam memilih produk
1.3 Tujuan
1.
Agar mengetahui pengertian budaya
2.
Agar mengetahui perilaku konsumen
3.
Agar mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap
pembelian
4.
Agar mengetahui pengaruh budaya suku bugis dalam
memilih produk.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian budaya
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
2.2 Pengertian perilaku konsumen
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain
itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut
Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
2.3 Pengaruh kebudayaan terhadap
pembelian
Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan
kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.
Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
·
Berikut ini adalah contoh pengaruh kebudayaan yang
mempengaruhi pembelian itu sendiri :
ü Pengaruh
Budaya Terhadap Pemaknaan Sebuah Produk.
Budaya
menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun
keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai
ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing
yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk. Contohnya : Tuntunan budaya
berupa nilai : dalam hal kuliner sayur asam, ikan asin, atau lalapan.
Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda.
Tuntunan
budaya berupa norma : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di
konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
ü Pengaruh
Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan Individu.
Individu
dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat
terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak
berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan
sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan
secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil
keputusan. Contohnya : Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh nilai :
Kegiatan amal yang di lakukan individu, dengan menyantuni semua anak yatim
dalam suatu panti, merupakan tindakan yang bernilai, yang akan memperoleh
pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak bagi individu lain, karena
dianggap hal itu merupakan pemborosan. Pengambilan keputusan yang di pengaruhi
oleh norma : Di daerah Padang, di haruskan bagi para siswa sekolah untuk bisa
membaca Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di Papua.
ü Pengaruh
Budaya yang Berupa Tradisi.
Tradisi
adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan
terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
ü Pengaruh
Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan.
Budaya
yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan
dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap
waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan
konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
ü Pengaruh
Budaya yang tidak disadari.
Dengan
adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
ü Pengaruh
Budaya dapat dipelajari.
Budaya
dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan
yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan
meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam
dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.
Misalnya
dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan
pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah
produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat
menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya
mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu
produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai
keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
2.3 Pengaruh budaya suku bugis
dalam memilih produk
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi
Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat. Suku
Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku
ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri
atau martabat seseorang.
- Kostum dan aksesoris
Dalam pemilihan warna
biasanya suku bugis lebih memilih warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau
dan ungu. Karena warna-warna ini merupakan warna dasar yang sering digunakan di
dalam pelaksanaan persembahan tari tradisional Sulawesi selatan, warna-warna
tersebut melambangkan perwatakan orang-orang Bugis-Makasar dan warna yang paling sering mendominasi pakaian adat suku
ini.
Baju bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan Makassar. Bodo
artinya pendek. Jadi baju bodo artinya baju pendek. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo
yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.
Warna
|
Arti
|
Jingga
|
dipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun
|
Jingga dan Merah
|
dipakai oleh gadis berumur
10-14 tahun
|
Merah
|
dipakai oleh perempuan berumur
17-25 tahun.
|
Putih
|
dipakai oleh para pembantu dan dukun
|
Hijau
|
dipakai oleh perempuan bangsawan
|
Ungu
|
dipakai oleh para janda
|
Aksesoris dalam
tradisi pakaian adat suku Bugis juga mengenal pemakaian aksesoris. Aksesoris digunakan
untuk melengkapi baju bodo yaitu seperti emas (gelang, anting, kalung cincin)
serta hiasan kepala.
Biasanya
orang tua dari suku suka memakai perhiasan yang terbilang cukup banyak jika
menghadari pesta atau acara, karena menurut suku bugis menggunakan aksesoris
emas bisa menambah kepercayaan diri dan semakin banyak perhiasan yang dipakai
maka semakin tinggi pula derajat dan martabatnya.
Jadi di setiap pusat
perbelanjaan para pedagang lebih banyak memasok barang atau kain yang berwarna
cerah dan menambah aksesoris yang unik dan mewah.
- Rumah
Bukan
hanya suku Minahasa yang memiliki rumah panggung di daratan Sulawesi. Suku
Bugis yang mendiami selatan Sulawesi juga punya dan tak kalah indah.Jika
dilihat sekilas, rumah panggung Bugis mirip dengan Minahasa. Namun jika
diperhatikan dengan seksama, rumah panggung Bugis lebih luwes, tidak terikat
pada pakem gaya tertentu.
Suku
Bugis punya tradisi yang unik. Pindah rumah menurut mereka ialah memindahkan
rumah seutuhnya ke lokasi yang baru. Biasa disebut dengan Mappalette Bola.
Karena
mempunyai tradisi yang unik Suku Bugis meyukai rumah yang terbuat dari kayu,
sehingga saat mereka pindah, rumah berbentuk panggung ini bisa digotong ke
lokasi yang baru.
Namun
rumah jenis panggung ini tergantung dimana mereka tinggal, jika tinggal di desa
maka mereka akan membangun rumah panggung yang terbuat dari ulin sedangkan
mereka yang ditinggal di kota maka mereka akan membangun rumah seperti
kebanyakan rumah-rumah di perkotaan namun mereka tidak akan melepas unsur bugis
didalamnya.
Jadi
didaerah pedesaan permintaan kayu ulin masih banyak sedangkan daerah perkotaan
permintaan kayu ulin kurang diminati karena mereka lebih memilih membangun
rumah beton yang terbilang lebih modern.
- Barang elektronik
Tergantung pada tempat yang mereka tinggali, jika orang
bersuku bugis yang tinggal di perkotaan pastilah mereka mengikuti zaman dan
selalu up-to-date dengan produk-produk elektronik terbaru seperti handphone,
televisi, laptop, kamera, mesin cuci dan sebagainya, mereka pasti selalu
memperbarui apa yang mereka kenakan karena itu menunjukkan martabat mereka dan
kemewahan yang mereka miliki.
Beda
halnya jika mereka tinggal di sebuah pedesaan ada yang memilih mengikuti jaman
tetapi ada pula yang tetap mempertahankan budaya mereka dan hidup seperti biasa
sesuai dengan adat istiadat yang telah ada.
- Makanan
Berikut
ini adalah beberapa makanan khas suku bugis :
1.Barongko
Kue ini merupakan makanan tradisional yang dikenal dengan nama Barongko yang bahan utamanya dari pisang yang dihaluskan dan dicampur dengan bahan kue lainnya. Uniknya kue ini dibungkus dengan daun pisang yang memiliki bentuk tersendiri. Kue ini menjadi kue favorit di acara-acara pernikahan Masyarakat Bugis-Makassar khususnya di Kota Barru.
Kue ini merupakan makanan tradisional yang dikenal dengan nama Barongko yang bahan utamanya dari pisang yang dihaluskan dan dicampur dengan bahan kue lainnya. Uniknya kue ini dibungkus dengan daun pisang yang memiliki bentuk tersendiri. Kue ini menjadi kue favorit di acara-acara pernikahan Masyarakat Bugis-Makassar khususnya di Kota Barru.
2.Baje canggoreng
kue tradisonal ini bahan utamanya dari kacang tanah dan gula merah, rasanya gurih dan manis. Panganan ini dapat bertahan sampai 1 (satu) bulan dalam kemasan.
kue tradisonal ini bahan utamanya dari kacang tanah dan gula merah, rasanya gurih dan manis. Panganan ini dapat bertahan sampai 1 (satu) bulan dalam kemasan.
3.Kue Dange
Sepintas kue ini mirip dengan kue pukis atau sagu rangi. Rasanya gurih, manis dan legit karena ada campuran kelapa parut dan juga gula merahnya. Sayangnya, kue legit enak ini sudah jarang sekali dijumpai.
Jika Anda pernah berkunjung ke kota Makasar, mungkin kue tradisional ini pernah Anda cicipi. Kue Dange pulubollong ini merupakan salah satu jajanan tradisional khas masyarakat Bugis.
Sepintas kue ini mirip dengan kue pukis atau sagu rangi. Rasanya gurih, manis dan legit karena ada campuran kelapa parut dan juga gula merahnya. Sayangnya, kue legit enak ini sudah jarang sekali dijumpai.
Jika Anda pernah berkunjung ke kota Makasar, mungkin kue tradisional ini pernah Anda cicipi. Kue Dange pulubollong ini merupakan salah satu jajanan tradisional khas masyarakat Bugis.
4.Doko-doko Cangkuling
Doko doko Cangkuling adalah kue yang terbuat dari campuran tepung beras, kentang, gula tepung dan santan. Isiannya berupa gula merah dan kelapa parut. Biasanya dibungkus mengerucut memakai daun pisang. Kue ini tidak pernah absen jika ada pesta pernikahan di wilayah sulawesi.
Doko doko Cangkuling adalah kue yang terbuat dari campuran tepung beras, kentang, gula tepung dan santan. Isiannya berupa gula merah dan kelapa parut. Biasanya dibungkus mengerucut memakai daun pisang. Kue ini tidak pernah absen jika ada pesta pernikahan di wilayah sulawesi.
5. Baruasa
Baruasa adalah kue kering khas Sulawesi. Terbuat dari campuran tepung beras, kuning telur, gula aren, mentega, dan kayu manis. Dibentuk bulatan lalu dipanggang di oven. Kue ini merupakan kue cemilan buat orang2 bugis..
Baruasa adalah kue kering khas Sulawesi. Terbuat dari campuran tepung beras, kuning telur, gula aren, mentega, dan kayu manis. Dibentuk bulatan lalu dipanggang di oven. Kue ini merupakan kue cemilan buat orang2 bugis..
6. Cucuru
Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya terbuat dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah dan enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih unik. Kue ini merupakan kue cemilang saingannya kue baruasa.
Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya terbuat dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah dan enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih unik. Kue ini merupakan kue cemilang saingannya kue baruasa.
7. Putu
Putu, makanan tradisonal ini bahan utamanya dari tepung beras yang dikukus dalam wadah khusus, rasanya sangat nikmat jika disajikan hangat-hangat dengan sambal khas dari ampas minyak goreng. Makanan ini hanya didapatkan pada subuh hari untuk sarapan pagi yang nikmat.
Putu, makanan tradisonal ini bahan utamanya dari tepung beras yang dikukus dalam wadah khusus, rasanya sangat nikmat jika disajikan hangat-hangat dengan sambal khas dari ampas minyak goreng. Makanan ini hanya didapatkan pada subuh hari untuk sarapan pagi yang nikmat.
8. Bidara Belanda
Didara Belanda, kue tradisonal ini bahan utamanya tepung terigu dan telur yang memilki warna khas oranye dan kuning. Panganan kue ini memiliki rasa yang manis. Belum ada sumber sjarah yang jelas mengapa kue ini dinamakan didara belanda ,mungkin karena warnanya yang oranye yang merupakan warna kesukaan orang Belanda sehingga dinamakan didara belanda.
Didara Belanda, kue tradisonal ini bahan utamanya tepung terigu dan telur yang memilki warna khas oranye dan kuning. Panganan kue ini memiliki rasa yang manis. Belum ada sumber sjarah yang jelas mengapa kue ini dinamakan didara belanda ,mungkin karena warnanya yang oranye yang merupakan warna kesukaan orang Belanda sehingga dinamakan didara belanda.
Umumnya
orang-orang suku bugis kebanyakan memang menyukai makanan yang manis-manis,
walaupun tidak semua tetapi memang pada kenyataanya orang-orang bugis lebih
banyak yang menyukai makanan yang rasanya manis bahkan sangat manis. Jadi,
konsumsi gula pada daerah yang rata-rata ditempati oleh suku bugis meningkat,
selain diterima lidah masyarakat suku bugis menurut mereka faktor cuaca di
indonesia sangat mempengaruhi pilihan terhadap rasa manis ketimbang rasa yang
lainnya dan juga rasa manis itu sendiri memberikan rasa kenyak yang lebih
cepat.
- Dalam memilih barang atau produk
Orang dari suku bugis jika ingin berbelanja mereka sama
seperti kebanyakan orang-orang dari suku lainnya, yaitu pergi kepasar, ke mall,
ataupun supermarket.
Biasanya dalam memilih
barang mereka yang bersuku bugis sangat teliti dalam membeli suatu
barang karena mereka tidak mau mengeluarkan untuk barang yang cacat atau rusak
dan mereka pun selalu menawar apa yang ingin mereka beli. Karena menurut mereka
membeli atau menggunakan barang sudah rusak itu akan menurunkan derajat dan
martabat mereka.
Semakin tinggi harga produk atau semakin bermerk produk yang merek beli maka semakin tinggi pula
derajat mereka dan itu akan menunjukkan kelas sosial mereka.
Jadi, jika terdapat produk baru seperti Handphone keluaran
terbaru maka produk tersebut akan cepat laku tetapi itu hanya berlaku didaerah
perkotaan sedangkan untuk daerah perdesaan produk-produk terbaru tidak terlalu
diminati atau tidak terlalu berpengaruh kepada mereka karena mereka sudah
terbiasa dengan alat yang tradisional.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setiap suku budaya di Indonesia memiliki ketertarikan terhadap
segala sesuatu yang berbeda. Namun terkadang jika dalam hal barang atau suatu
produk, meraka yang tinggal di perdesaan dan diperkotaan memiliki ketertarikan
yang berbeda. Yang tinggal diperdesaan mereka tidak begitu berminat dengan
adanya perkembangan zaman dan sebaliknya jika diperkotaan mereka akan selalu
mengikuti perkembangan zaman.
Tetapi dalam hal makanan masyarakat suku bugis yang tinggal di
perdesaan atau diperkotaan memiliki ciri khas yang sama yaitu menyukai makanan
yang manis.
3.2 Saran
Meskipun setiap suku budaya di Indonesia banyak dan
berbeda-beda, tetapi hendaknya kita tidak boleh membedakan-bedakan. Karena
Bhineka Tunggal Ika Indonesia adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar