Sabtu, 04 Maret 2017

PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU MEREKA DALAM MEMILIH BERBAGAI PRODUK



PENGARUH BUDAYA SUKU BUGIS
TERHADAP PERILAKU DALAM MEMILIH PRODUK

Disusun oleh :

Alya Fatra Arief 

Ayu Paramidha
Dinda Yunitasari
Nur Hasanah Anggraini
 Ria Adinda Asmara Putri
Yullia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Di era yang semakin berkembang sekarang banyak budaya yang bermunculan dan tidak luput dari kemajuan teknologi yang semakin cangih untuk melakukan aktifitas seperti halnya bertransaksi uang kepada orang lain ataupun keluarga tanpa harus mengambilnya dulu ke bank jauh – jauh. Budaya membeli sekarang juga sudah lebih praktis seperti saat lapar dan tidak ada makan di rumah lebih lagi malas untuk keluar rumah, sekarang tinggal angakat telepon dan menekan tombol yang ingin di tuju makanan beberapa saat kemudian sudah datang.
Sebuah budaya biasanya terlahir karena factor keluarga, teman, kerabat, lingkungan, organisasi, dll. Bagaimana cara kita berbicara kepada orang lain yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

1.2  Identifikasi masalah
1.     Pengertian budaya
2.    Pengertian Perilaku Konsumen
3.    Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian
4.    Pengaruh budaya suku bugis dalam memilih produk

1.3  Tujuan
1.     Agar mengetahui pengertian budaya
2.    Agar mengetahui perilaku konsumen
3.    Agar mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap pembelian
4.    Agar mengetahui pengaruh budaya suku bugis dalam memilih produk.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
2.2 Pengertian perilaku konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

2.3 Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.


·         Berikut ini adalah contoh pengaruh kebudayaan yang mempengaruhi pembelian itu sendiri :
ü  Pengaruh Budaya Terhadap Pemaknaan Sebuah Produk.
Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk. Contohnya : Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal kuliner  sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda.
Tuntunan budaya berupa norma : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
ü  Pengaruh Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan Individu.
Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan. Contohnya : Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh nilai : Kegiatan amal yang di lakukan individu, dengan menyantuni semua anak yatim dalam suatu panti, merupakan tindakan yang bernilai, yang akan memperoleh pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak bagi individu lain, karena dianggap hal itu merupakan pemborosan. Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh norma : Di daerah Padang, di haruskan bagi para siswa sekolah untuk bisa membaca Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di Papua.
ü  Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi.
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
ü  Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
ü  Pengaruh Budaya yang tidak disadari.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
ü  Pengaruh Budaya dapat dipelajari.
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.
Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
2.3 Pengaruh budaya suku bugis dalam memilih produk
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.
  • Kostum dan aksesoris

Dalam pemilihan warna biasanya suku bugis lebih memilih warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau dan ungu. Karena warna-warna ini merupakan warna dasar yang sering digunakan di dalam pelaksanaan persembahan tari tradisional Sulawesi selatan, warna-warna tersebut melambangkan perwatakan orang-orang Bugis-Makasar dan warna yang paling sering mendominasi pakaian adat suku ini. 

Baju bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan Makassar. Bodo artinya pendek. Jadi baju bodo artinya baju pendek. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.

Warna
Arti
Jingga
dipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun
Jingga dan Merah
dipakai oleh gadis berumur 10-14 tahun
Merah
dipakai oleh perempuan berumur 17-25 tahun.
Putih
dipakai oleh para pembantu dan dukun
Hijau
dipakai oleh perempuan bangsawan
Ungu
dipakai oleh para janda


Aksesoris dalam tradisi pakaian adat suku Bugis juga mengenal pemakaian aksesoris. Aksesoris digunakan untuk melengkapi baju bodo yaitu seperti emas (gelang, anting, kalung cincin) serta hiasan kepala.
Biasanya orang tua dari suku suka memakai perhiasan yang terbilang cukup banyak jika menghadari pesta atau acara, karena menurut suku bugis menggunakan aksesoris emas bisa menambah kepercayaan diri dan semakin banyak perhiasan yang dipakai maka semakin tinggi pula derajat dan martabatnya.
Jadi di setiap pusat perbelanjaan para pedagang lebih banyak memasok barang atau kain yang berwarna cerah dan menambah aksesoris yang unik dan mewah.
  •  Rumah

Bukan hanya suku Minahasa yang memiliki rumah panggung di daratan Sulawesi. Suku Bugis yang mendiami selatan Sulawesi juga punya dan tak kalah indah.Jika dilihat sekilas, rumah panggung Bugis mirip dengan Minahasa. Namun jika diperhatikan dengan seksama, rumah panggung Bugis lebih luwes, tidak terikat pada pakem gaya tertentu.
Suku Bugis punya tradisi yang unik. Pindah rumah menurut mereka ialah memindahkan rumah seutuhnya ke lokasi yang baru. Biasa disebut dengan Mappalette Bola.
Karena mempunyai tradisi yang unik Suku Bugis meyukai rumah yang terbuat dari kayu, sehingga saat mereka pindah, rumah berbentuk panggung ini bisa digotong ke lokasi yang baru.
Namun rumah jenis panggung ini tergantung dimana mereka tinggal, jika tinggal di desa maka mereka akan membangun rumah panggung yang terbuat dari ulin sedangkan mereka yang ditinggal di kota maka mereka akan membangun rumah seperti kebanyakan rumah-rumah di perkotaan namun mereka tidak akan melepas unsur bugis didalamnya.
Jadi didaerah pedesaan permintaan kayu ulin masih banyak sedangkan daerah perkotaan permintaan kayu ulin kurang diminati karena mereka lebih memilih membangun rumah beton yang terbilang lebih modern.

  •   Barang elektronik

Tergantung pada tempat yang mereka tinggali, jika orang bersuku bugis yang tinggal di perkotaan pastilah mereka mengikuti zaman dan selalu up-to-date dengan produk-produk elektronik terbaru seperti handphone, televisi, laptop, kamera, mesin cuci dan sebagainya, mereka pasti selalu memperbarui apa yang mereka kenakan karena itu menunjukkan martabat mereka dan kemewahan yang mereka miliki.
Beda halnya jika mereka tinggal di sebuah pedesaan ada yang memilih mengikuti jaman tetapi ada pula yang tetap mempertahankan budaya mereka dan hidup seperti biasa sesuai dengan adat istiadat yang telah ada.
  •   Makanan

Berikut ini adalah beberapa makanan khas suku bugis :
1.Barongko
Kue ini merupakan makanan tradisional yang dikenal dengan nama Barongko yang bahan utamanya dari pisang yang dihaluskan dan dicampur dengan bahan kue lainnya. Uniknya kue ini dibungkus dengan daun pisang yang memiliki bentuk tersendiri. Kue ini menjadi kue favorit di acara-acara pernikahan Masyarakat Bugis-Makassar khususnya di Kota Barru.
2.Baje canggoreng
kue tradisonal ini bahan utamanya dari kacang tanah dan gula merah, rasanya gurih dan manis. Panganan ini dapat bertahan sampai 1 (satu) bulan dalam kemasan.
3.Kue Dange
Sepintas kue ini mirip dengan kue pukis atau sagu rangi. Rasanya gurih, manis dan legit karena ada campuran kelapa parut dan juga gula merahnya. Sayangnya, kue legit enak ini sudah jarang sekali dijumpai.
Jika Anda pernah berkunjung ke kota Makasar, mungkin kue tradisional ini pernah Anda cicipi. Kue Dange pulubollong ini merupakan salah satu jajanan tradisional khas masyarakat Bugis.
4.Doko-doko Cangkuling
Doko doko Cangkuling adalah kue yang terbuat dari campuran tepung beras, kentang, gula tepung dan santan. Isiannya berupa gula merah dan kelapa parut. Biasanya dibungkus mengerucut memakai daun pisang. Kue ini tidak pernah absen jika ada pesta pernikahan di wilayah sulawesi.
5. Baruasa
Baruasa adalah kue kering khas Sulawesi. Terbuat dari campuran tepung beras, kuning telur, gula aren, mentega, dan kayu manis. Dibentuk bulatan lalu dipanggang di oven. Kue ini merupakan kue cemilan buat orang2 bugis..
6. Cucuru
Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya terbuat dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah dan enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih unik. Kue ini merupakan kue cemilang saingannya kue baruasa.
7. Putu
Putu, makanan tradisonal ini bahan utamanya dari tepung beras yang dikukus dalam wadah khusus, rasanya sangat nikmat jika disajikan hangat-hangat dengan sambal khas dari ampas minyak goreng. Makanan ini hanya didapatkan pada subuh hari untuk sarapan pagi yang nikmat.
8. Bidara Belanda
Didara Belanda, kue tradisonal ini bahan utamanya tepung terigu dan telur yang memilki warna khas oranye dan kuning. Panganan kue ini memiliki rasa yang manis. Belum ada sumber sjarah yang jelas mengapa kue ini dinamakan didara belanda ,mungkin karena warnanya yang oranye yang merupakan warna kesukaan orang Belanda sehingga dinamakan didara belanda.

Umumnya orang-orang suku bugis kebanyakan memang menyukai makanan yang manis-manis, walaupun tidak semua tetapi memang pada kenyataanya orang-orang bugis lebih banyak yang menyukai makanan yang rasanya manis bahkan sangat manis. Jadi, konsumsi gula pada daerah yang rata-rata ditempati oleh suku bugis meningkat, selain diterima lidah masyarakat suku bugis menurut mereka faktor cuaca di indonesia sangat mempengaruhi pilihan terhadap rasa manis ketimbang rasa yang lainnya dan juga rasa manis itu sendiri memberikan rasa kenyak yang lebih cepat.

  •  Dalam memilih barang atau produk

Orang dari suku bugis jika ingin berbelanja mereka sama seperti kebanyakan orang-orang dari suku lainnya, yaitu pergi kepasar, ke mall, ataupun supermarket.
Biasanya dalam memilih  barang mereka yang bersuku bugis sangat teliti dalam membeli suatu barang karena mereka tidak mau mengeluarkan untuk barang yang cacat atau rusak dan mereka pun selalu menawar apa yang ingin mereka beli. Karena menurut mereka membeli atau menggunakan barang sudah rusak itu akan menurunkan derajat dan martabat mereka.
Semakin tinggi harga produk atau semakin bermerk produk  yang merek beli maka semakin tinggi pula derajat mereka dan itu akan menunjukkan kelas sosial mereka.
Jadi, jika terdapat produk baru seperti Handphone keluaran terbaru maka produk tersebut akan cepat laku tetapi itu hanya berlaku didaerah perkotaan sedangkan untuk daerah perdesaan produk-produk terbaru tidak terlalu diminati atau tidak terlalu berpengaruh kepada mereka karena mereka sudah terbiasa dengan alat yang tradisional.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap suku budaya di Indonesia memiliki ketertarikan terhadap segala sesuatu yang berbeda. Namun terkadang jika dalam hal barang atau suatu produk, meraka yang tinggal di perdesaan dan diperkotaan memiliki ketertarikan yang berbeda. Yang tinggal diperdesaan mereka tidak begitu berminat dengan adanya perkembangan zaman dan sebaliknya jika diperkotaan mereka akan selalu mengikuti perkembangan zaman.
Tetapi dalam hal makanan masyarakat suku bugis yang tinggal di perdesaan atau diperkotaan memiliki ciri khas yang sama yaitu menyukai makanan yang manis.
3.2 Saran

Meskipun setiap suku budaya di Indonesia banyak dan berbeda-beda, tetapi hendaknya kita tidak boleh membedakan-bedakan. Karena Bhineka Tunggal Ika Indonesia adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar