Sabtu, 04 Maret 2017

PENGARUH BUDAYA SUKU TERTENTU TERHADAP PERILAKU MEREKA DALAM MEMILIH BERBAGAI PRODUK

1.   Eny 
2.   Indah Novitasari 
3.   Juliana Putri Handayani              
4.   Rika Aprilia Ningsih                 
5.   Pebityadara Syawalita Putri

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konsumen di Bali dalam Membeli Kendaraan Pribadi
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat sejak tahun 2010. Angka pertumbuhannya mencapai 6 persen. Hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku membeli masyarakat. Satu di antara contohnya adalah jumlah pembelian kendaraan pribadi yang meningkat dari tahun ke tahun. Berdasar survei The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) September 2012, data perbandingan jumlah kendaraan pribadi dengan jumlah penduduk di Jakarta adalah 1:6. Khusus di Bali, jumlah perbandingan kendaraan pribadi dengan jumlah penduduk adalah 1:2 (www.Bali.antaranews.com). Satu Fenomena yang luar biasa dari perilaku konsumen di Bali, mengingat wilayah ini adalah bagian dari Indonesia yang masih masuk dalam kategori negara berkembang. Apalagi, angka ini melebihi rasio perbandingan jumlah penduduk dan kepemilikan mobil di Singapura yang rasionya hanya 1:2. Padahal, tingkat perekonomian Singapura sudah jauh meninggalkan kita. Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang mendasari konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli kendaraan pribadi, mengingat tingginya jumlah kendaraan pribadi yang ada di Bali.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif (mix methode). Sampel penelitian yang dipakai adalah konsumen kendaraan pribadi yang berdomisili di Bali yang membeli sepeda motor maupun mobil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden konsumtif dalam pembelian kendaraan pribadi. Faktor budaya keluarga (extended family) dan prestise berperan penting dalam proses pengambilan keputusan membeli kendaraan pribadi, seiring dengan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Bali. Perilaku membeli tidak selalu didasarkan pada kebutuhan terhadap sebuah produk, tapi juga dipengaruhi cara pandang dan kesan masyarakat di lingkungan tersebut terhadap produk tersebut.

PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi Indonesia bergerak terus di kurva biru. Perkembangan positif ini berpengaruh terhadap perilaku membeli masyarakat. Terutama pada pembelian kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Pada tahun 2013 persentase pembelian mobil meningkat hampir 20 persen dari tahun 2012 sekitar 300 ribu unit (Kementerian PPN, 2013). Di Bali jumlah pembelian mobil lebih tinggi dibanfing kota-kota lain di Indonesia, bahkan Jakarta. Menurut Kepala Dinas Perhubungan Bali, perbandingan jumlah kendaraan dengan jumlah penduduk adalah 1:2, sementara di Jakarta angkanya yaitu 1:6 .Peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah pembelian kendaraan pribadi, tidak menjadikan negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara maju. Pada kenyataannya, penghasilan rata-rata masyarakat Indonesia berada di kisaran Rp 3,5 -5juta per bulan. Hal ini masih jauh dari ukuran pendapatan rata-rata masyarakat Negara maju yang mencapai Rp 12 juta per bulan. Stasiun televisi BBC pernah mengulas tentang pendapatan masyarakat Singapura sebagai salah satu negara maju dengan tingkat perekonomian yang berkembang pesat dengan pendapatan rata-rata masyarakatnya mencapai Rp 20 juta per bulan.

PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen masyarakat Bali adalah adanya faktor eksternal dan internal. Faktor internal terdiri dari faktor ekonomi, gender, kepribadian dan motivasi individu dalam proses pembelian. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling kuat adalah motivasi individu terkait dengan status atau gengsi. Seseorang memutuskan untuk membeli karena untuk menunjukkan imageatau gengsi di lingkungannya. Menurut Kotler (dalam Simamora, 2000)faktor personal dan psikologis mengambil peran penting salah satunya adalah faktor motivasi dan harga diri. Harga diri sangat ditentukan oleh sebuah produk yang dibeli dan digunakan. Kemudian factor kebutuhan dan nilai dalam kelurga juga menentukan dalam proses pembelian konsumen di Bali. Masyarakat Indonesia khususnya Bali menganut sistem keluarga yang ekstended family. Keluarga besar berperan dalam penentuan pengambilan keputusan membeli di Bali dan value serta adat dan istiadat masyarakat Bali yang masih kental menentukan karakteristik personal masyarakat Bali.
Masyarakat Bali adalah masyarakat yang sarat dengan budaya dan adat istiadat dalam keseharian. Segala proses perilaku sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan aturan adat. Masyarakat Bali dalam sistem kekeluargaan menganut sistem extended family. Keluarga terdiri dari keluarga besar dan berkumpul dalam satu rumah bisa terdapat 2-3 keluarga inti. Sehingga, segala keputusan anggota keluarga pasti mempertimbangkan kebutuhan anggota keluarga yang lain. Fenomena ini menjadi kajian yang menarik untuk diteliti terutama dari ranah perilaku konsumen. Faktor apa saja yang mendasari masyarakat Bali ketika memutuskan membeli dan memiliki kendaraan pribadi, mengingat dari sisi kemampuan ekonomi jauh di bawah masyarakat di sebuah Negara maju. Apakah faktor sosial budaya atau faktor psikologis yang mendominasi masyarakat dalam membeli kendaraan pribadi.Kekuatan faktor psikologis dalam mengerakkan individu dalam melakukan sesuatu,  khususnya dalam proses pembelian, menjadi pertimbangan kuat dalam proses pengambilan keputusan membeli kendaraan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengungkap faktor psikologis apa yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan membeli dan memiliki kendaraan pribadi.
Menganalisis proses pembelian kendaraan pribadi merupakan bagian dari kajian ilmu perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sebuah produk . Loudon dan Bitta mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, dan menggunakan barang Kajian ilmu perilaku konsumen mempelajari tindakan atau proses pengambilan keputusan dalam membeli sebuah produk yang ditentukan oleh faktor ekonomis, psikologis dan sosial budaya. Menurut Mangkunegara (2002), faktor yang cukup berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan konsumen adalah:
1.     Faktor ekonomis, terkait dengan kemampuan konsumen dari sisi ekonomi dalam mendukung proses pengambilan keputusan dalam membeli.
2.    Faktor psikologis, terkaitdengan pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan   keyakinan, konsep diri dan motivasi individu.
Faktor sosial budaya, terkait dengan faktor budaya dan adat istiadat, kelas sosial, kelompok anutan dan keluarga.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif atau yang biasa disebut mix method dengan menggunakan desain sequential explanatory. Menurut Creswell (2009), desain penelitian seperti ini dimulai dengan pengumpulan data dan analisis menggunakan prosedur kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis dengan prosedur kualitatif. Prosedur kuantitatif lewat analisis deskriptif dengan menggunakan skala perilaku konsumtif. Subjek penelitian adalah masyarakat Bali sebanyak 300 responden di Kota Denpasar. Karakter responden adalah masyarakat Bali asli dan beragama Hindu serta memiliki kendaraan pribadi Untuk prosedur kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi dalam rangka untuk memperkuat data kuantitatif diskriptif terkait perilaku konsumtif membeli kendaraan pribadi. Pengumpulan data melalui prosedur kualitatif adalah dengan open ended quisioner untuk mengungkap faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam membeli kendaraan pribadi. Hasil Penelitian dan Diskusi ,Hasil kategorisasi data kuantitatif menunjukkan bahwa 40 persen responden berperilaku konsumtif dan hampir 30 persen sangat konsumtif sedangkan sisanya kurang konsumtif. Ini artinya sebagian besar responden berperilaku konsumtif, khususnya pada proses pembelian kendaraan pribadi. Berdasar data demografi responden, sebagian besar pekerjaan mereka adalah wiraswasta dan bekerja pada perusahaan swastadengan pendapatan rata-rataRp 3 juta –Rp 5 juta pe bulan atau Rp 60 juta per tahun. Menurut Solomon mereka yang meniadi responden dalam ini masuk dalam kategori kelas menengah (middle class). Hasilnya, hampir 90 persen responden memiliki sepeda motor dan 80 persen dari mereka menginginkan juga membeli mobil. Sejalan dengan hasil kuantitatif, hasil kategorisasi dari open ended quisioner menunjukan bahwa sebagaian besar responden cukup konsumtif dalam membeli kendaraan pribadi. Faktor yang berpengaruh dominan dalam pembelian kendaraan pribadi adalah faktor gengsi atau status sosial di masyarakat. Sepeda motor dan mobil adalah unsur yang mendukung status sosial seseorang di masyarakat. Gairah dan keinginan menonjol dalam kelas sosial ini makin dipermudah oleh sistem kredit dan finance kendaraan yang tidak rumit. Sehingga, faktor ekonomi bukan menjadi faktor utama yang mendukung seseorang dapat membeli kendaraan pribadi. Faktor gengsi demi status sosial ini mengalahkan faktor fungsional kepemilikan kendaraan pribadi, seperti efisiensi waktu dan mempermudah berpergian, kebutuhan hidup untuk menunjang pekerjaan, atau usaha yang dijalani sehari-hari. Sejalan dengan pendapat Solomon (2009), identitas seseorang dalam masyarakat ditunjukkan oleh kemampuan individu membeli sesuatu atau produk. Kendaraan pribadi digunakan sebagai alat dalam mendukung status atau prestise seseorang. Faktor lain yang muncul dari responden adalah faktor perkembangan teknologi dapat membuat minat masyarakat terhadap kepemilikan kendaraan semakin meningkat.
Alasan dominan yang mendasari responden ketika memilih jenis kendaraan pribadi yang akan dibeli adalah: dapat mengakomodir anggota keluarga. Artinya pertimbangan keluarga cukup penting dan tipe kendaraan yang dipilih adalah kendaraan yang kapasitasnya cukup untuk semua anggota keluarga. Hal ini berkaitan langsung dengan keseharian masyarakat Bali yang memiliki banyak aktivitas adat dalam keseharian mereka. Dengan mobil yang mereka beli, mereka membawa bantenatau sesaji serta bisa menampung jumlah anggota keluarga yang lebih banyak untuk ke kampung halaman dan sebaliknya. Hal ini menjadi prestise seseorang di lingkungan adat. Kadang kala kendaraan juga dibutuhkan atau dipinjam oleh anggota keluarga lain. Di sini ada kepentingan kolektif yang menjadi pertimbangan.Bagi sebagian responden, kebutuhan kendaraan penting untuk mobilitas dalam keluarga terutama terkait dengan kegiatan adat-istiadat. Di Bali banyak aktivitas adat yang harus dikerjakan dan mengikat masing-masing anggota keluarga di dalam komunitas banjar dan desa adat (desa pakraman). Ada sanksi moral dan sosial serta materi bagi anggota keluarga dan masyarakat yang tidak aktif dalam kegiatan adat seperti banjar atau puri di sekitar tempat tinggal atau di kampung halaman. Seringnya pelaksanaan upacara adat, terutama bagi mereka berasal dari desa dan merantau ke kota, membutuhkan moda transportasi yang siap antar-jemput. Seperti ungkapan seorang responden di bawah ini:
“Kegiatan adat di tempat kami cukup padat terutama di kampung halaman, kalau tidak sempat menyiapkan sesajen harus beli di kota atau pesan. Jadi butuh kendaraan seperti mobil, untuk membawa. Trus kampung jauh, gak bisa bayangin kalau gak ada mobil. Masak jalan atau naik angkot, gak jaman kayaknya....”Masyarakat Bali sarat dengan aktivitas adat istiadat, sehingga banyak sekali hari libur khusus untuk mereka. Hari libur tersebut diatur dalam kalender Tahun Caka, memuat jadwal-jadwal rerahinan(penaggalan upacara), yang diikuti oleh masyarakat dan ditaati oleh perkantoran pemerintah serta sebagian swasta. Hari-hari libur besar tersebut antara lain Hari Raya Galungan-Kuningan yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali selama kurang lebih 2 minggu. Ada juga Hari Raya Pagerwesi, Saraswati, dan Hari Raya Nyepi. Selain hari raya-hari raya besar itu, masih hanyak ritual lain seperti odalan(ulang tahun pura), otonan (kegiatanperayaan kelahiran sesuai tangal dan bulan lahir, mematah(upacara potong gigi), ngaben dan masih banyak ritual yang lainnya. Bentuk kegiatan adat di bali adalah bentuk religiusitas masyarakat Bali.
Faktor religiusitas dalam sebuah masyarakat sosial akan berpengaruh terhadap perilaku konsumen masyarakat (Solomon, 2009).Kenyamanan juga menjadi alasan dalam memilih tipe kendaraan serta merek kendaraan tertentu yang banyak di pilih masyarakat menjadi faktor penting dalam memilih kendaraan kecenderungan masyarakat ikut-ikutan, atau jadi gaya hidup masyarakat  Bali dalam memilih tipe kendaraan. Ada kendaraan tipe tertentu yang laku keras, hal ini merupakan produk budaya popular dan ditentukan oleh karakteristik dasar konsumen dalam masyarakat tertentu
Alasan Memilih Kendaraan Tertentu
Salah satu contoh ungkapan yang sering muncul dalam wawancara:
“Kayaknya keren kalau saya membawa mobil...apalagi pakai mobil saya yang baru karena mereknya terkenal, tipe baru sih.. kan harganya cukup mahal.” “Keren aja kayaknya, bawa mobil mewah pulang kampung” Kepemilikan mobil pada anggota keluarga atau teman yang secara strata ekonomi dipandang setara memicu motivasi seseorang untuk memutuskan membeli mobil meskipun tidak mampu secara tunai. Mereka dapat membeli dengan cara kredit. Sebagian besar responden berpendapat bahwa sudah biasa membeli kendaraan pribadi dengan cara kredit, tidak banyak yang membeli secara tunai. Seperti pernyataan responden:
“Kalau nunggu punya uang tunai, kapan kita bisa punya kendaraan sendiri?...butuh 10 tahunan baru bisa punya mobil.” Kebutuhan terus meningkat, menabung itu susah banget ngumpulnya. Ada saja kebutuhan yang tiba-tiba muncul.. Hasil FGD terkait dengan dinamika psikologis yang menentukan perilaku seseorang dalam proses pembelian kendaraan pribadi adalah adanya stimulasi dari lingkungan terkait dengan semakin banyak masyarakat yang membeli kendaraan dengan cara kredit, memacu seseorang untuk mulai berpikir tentang kebutuhan diri sendiri terhadap sebuah kendaraan. Orang lain bisa membeli kendaraan, maka intensi seseorang terhadap kendaraan semakin meningkat karena perhatiannya tertuju pada kebutuhan kendaraan pribadi khususnya mobil, ada proses belajar dari teman atau keluarga, banyak mendengar dan kemudian individu termotivasi untuk memusakan kebutuhan terhadap kendaraan pribadi. Pengaruh lingkungan atau kelompok masyarakat dan teman dalam menentukan pilihan kendaraan pribadi yang memfasilitasi eksistensi seseorang dalam kelompok pada masyarakat Bali. Seperti pernyataan William J. Stanton (1981), “Consumer behavior is influenced by small reference of groups to which they belong or aspire belong”pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merek yang digunakan oleh konsumen yang sesuai dengan aspirasi kelompok. Kemudian individu memutuskan proses pembelian, ketika ternyata mudah melakukan transaksi pembelian dengan cara datang ke dealer, berbicara dengan sales, menentukan pilihan dan mempertimbangkan kemampuan untuk Down Payment, maka transaksi terjadi. Kemudahan tersebut akan membuat seseorang suatu saat melakukan pembelian berikutnya. Konsumen harus dapat menyisihkan sebagian pemasukan untuk membayar kredit kendaraan tiap bulan.Hasil FGD menunjukkan bahwa sebagian besar responden menentukan kesiapan membayar dilihat dari gaji per bulan. Misalnya, gaji tiga juta maka saya bisa menyisihkan dua juta untuk kredit, ini artinya hanya satu juta untuk keperluan pribadi seperti makan, kebutuhan komunikasi, kebutuhan membeli bensin dan biaya operasional kendaraan . tentu saja kalau dilihat pasti tidak mencukupi, namun proses membeli tetap dilakukan mengingat dalam keluarga di Bali adalah extended familysehingga makan mungkin masih bisa ikut orang tua atau saudara dimana seseorang tersebut masih tinggal bersama dengan keluarga besar. Tidak heran banyak orang sudah memiliki kendaraan meskipun belum memiliki rumah sendiri. Kemudahan membeli kendaraan dengan cara kredit serta dengan prosedur yang mudah. Meskipun melalui kredit, konsumen tidak berkeberatan untuk membayar bunga bank dengan cukup besar. Komentar sebagian besar responden tidak bermasalah dengan bunga bank yang harus dibayarkan.
“....Saya tidak masalah harus bayar bunga bank, karena kalau membeli mobil harus nunggu uang terkumpul akan lama saya dapat mobilnya padahal sudah butuh dan belum tentu bisa beli kalau saya nabung karena uang cepat habis....”
 “Saya tidak takut meski gaji saya terbatas, rezeki tidak terduga nanti pasti ada. Makan ikut di rumah, ya diirit-iritlah, yang penting punya mobil, temen-temen pada punya, biar gak ketinggalan....”Kendaraan pribadi telah menjadi gaya hidup, bahkan banyak masyarakat dengan pendapatan yang cukup besar cenderung berkeinginan mengganti kendaraan pribadi dengan jenis model yang lebih baru dan lebih mahaldisbanding orang-orang di sekitarnya. Kecenderungan ke arah personalisasi yaitu menunjukkan gaya hidup yang baru, keinginan sedikit berbeda dengan orang lain, semua diekspresikan melalui produk. Apa yang kamu beli dan miliki menunjukkan siapa dirimu (Solomon, 2009). Seperti pernyataan responden, kalau seseorang memiliki kesempatan membeli artinya mampu secara ekonomi, sebelumnya mampu bayar kredit tiap dua juta setahun kemudian mampu 4-5 juta maka tidak berpikir panjang mengganti dengan kendaraan yang harganya lebih mahal dan baru, meskipun akan kehilangan beberapa juta untuk pindah pada status kredit kendaraan yang baru.“ saya pernah membeli mobil dengan kredit tapi setelah saya pakai setahun kok nanggung, memang harganya tidak mahal... Jadi saya coba lihat mobil lain yang ternyata ada yang lebih nyaman dan irit, desain juga lebih bagus dan keren, gak usah mikir panjang. Saya ganti aja meskipun tetap kredit...”
Pernyataan responden mengarah pada adanya kecenderungan ke arah bentuk baru sikap pragmatis dan hedonis bahkan secara materialistik, konsumen memiliki kecenderungan menonjolkan status simbol baru yaitu memiliki materi atau dianggap memiliki banyak uang (Mangkunegara, 2009). Faktor ini mengalahkan faktor kebutuhan terkait dengan fungsi produk atau kendaraan pribadi itu sendiri. Bahkan Produk menjadi alat untuk menunjukkan status sosial dan kesuksesan seseorang dalam lingkungan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap adat istiadat menjadi sebuah kebutuhan penting dalam mendukung aktivitas lewat kendaraan pribadi.

PENUTUP
Bentuk perilaku konsumen pada masyarakat modern dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor individu atau sosial masyarakat. Namun semua faktormemiliki pengaruh secara psikologis bagi konsumen. Masyarakat Bali memiliki kecenderungan konsumtif yang dipengaruhi oleh adanya kebutuhan peneguhan status sosial, gaya hidup, dan kebutuhan dalam keluarga besar terkait dengan budaya dan adat istiadat berhubungan dengan faktor religiusitas. Gaya hidup yang hedonis dan materialistik mempengaruhi perilaku individu dalam keseharian masyarakat Bali yang hidup di tengah percampuran dua arus: modern dan tradisional. Di sini spiritualitas terdauk dalam wadah yang sama dengan pragmatisme sehingga menjadi satu kesatuan dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku individu dalam membeli. Akhir kata, berdasar pengalaman penelitian ini, ada saran yang bisa diberikan kepada peneliti selanjutnya yang akan akan mengambil tema penelitian serupa disarankan untuk mengambil penelitian dengan metode eksperimen, perlakuan apa saja yang dapat diberikan oleh responden yang memiliki kecenderungan konsumtif dalam pembelian kendaraan pribadi tersebut dalam rangka memberikan solusi terhadap proses pengambilan keputusan membeli pada masyarakat Bali sehingga perilaku konsumtif dapat di tekan.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar