PENGARUH BUDAYA
SUKU TERTENTU DALAM MEMILIH BERBAGAI PRODUK
(Suku
Toraja)
Disusun oleh :
Achmadi
Nor Ainun
Nur Aini Qaidah
Niki Aulia Hasary
Laila Ayu Safitri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mempelajari apa yang dibutuhkan
dan diinginkan konsumen pada saat ini merupakan hal yang sangat penting.
Apalagi faktor lingkungan yang sangat berperan dalam menentukan perilaku
konsumen. Seperti yang kita ketahui bahwa aspek fisik dan sosial lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku, tanggapan kognisi dan afeksi seorang konsumen.
Bisnis yang menawarkan kualitas pelayanan konsumen yang baik memiliki
kesempatan yang jauh lebih besar untuk berhasil dan tumbuh dibandingkan bisnis
yang tidak peduli dengan pelayanan konsumen. Konsumen adalah kebutuhan yang
pasti dari semua kegiatan bisnis. Maka, konsumen merupakan titik sentral
perhatian pemasaran.
Budaya merupakan konsep yang
meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh
proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat
dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau haus, hal
tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaiman dorongan ini akan memberi
kepuasan. Budaya adalah hal yang diperoleh. Bagaimanapun, semenjak perilaku
manusia dari perilaku. Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan
dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang
tepat. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang
merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku
dalam situasi yang spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai
budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan
1.2 Tujuan
- Mengetahui bagaimana suatu suku mempengaruhi
konsumsi.
- Mengetahui bagaimana pertimbangan
nilai-nilai inti masyarakat Indonesia dapat mempengaruhi seorang pemasar
produk-produk agribisnis.
- Mengetahui nilai budaya dan etnis
yang digambarkan pada tiga iklan yang berbeda.
1.3
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu suku,
budaya, dan etnis?
2.
Apa itu perilaku
konsumen?
3.
Bagaimana konsumen
memutuskan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi?
4.
Bagaimana hubungan
suku dan konsumsi?
5.
Bagaimana kebudayaan suku dapat mempengaruhi konsumen?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Suku, budaya, dan
etnis
A. Suku
Suku
bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial
lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum yang
berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya. Jadi suku dan
kebudayaan berkaitan sangat erat suku merupakan asal
dari orang tersebut sedangkan budaya tradisi atau pegangan orang tersebut. persamaannya, sama-sama
memiliki keberagaman ,sama sama jati diri bangsa
perbedaan, suku merupakan asal dari orang tersebut sedangkan budaya tradisi atau pegangan orang tersebut.
perbedaan, suku merupakan asal dari orang tersebut sedangkan budaya tradisi atau pegangan orang tersebut.
B.
Budaya
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
C.
Etnis
Menurut
Frederich Barth (1988) istilah etnis menunjukkan pada suatu kelompok tertentu
yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari
kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Misalnya ras contohnya
etnis jawa, etnis batak, etnis toraja.
2.2 Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku
konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku
konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
2.3 Cara konsumen untuk membuat keputusan
tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
1. Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
2. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
A.
Pengaruh
Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
B.
Pengaruh
Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
C.
Pengaruh
Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
D.
Pengaruh
Budaya yang Berupa Tradi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut
2.4 Hubungan Suku Dan Konsumsi
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan
arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut
menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila
harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang
menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus memenuhi harapan tentang
norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy (renyah) untuk makanan
yang digoreng, makanan harus panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin untuk ‘
agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu
untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen untuk
pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat
misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan
juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun
temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau
Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon
dalam ibadat agama.
Suku atau kebudayaan merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Suku atau Kebudayaan juga mengaplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di
masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan
perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya
dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota
kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku
membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli
makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
2.5
Kebudayaan suku yang
mempengaruhi konsumen dan contoh kasusnya dari suku toraja
Contoh kasus 2 :
Pengaruh Kebudayaan suku terhadap Pembelian dan Konsumsi
Faktor kebudaya dan suku merupakan suatu yang paling memiliki pengaruh
paling luas pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang
dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Ritual
budaya merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di
berbagai daerah. Ritual menggambarkan prosedur budaya yang harus dilakukan oleh
sekelompok masyarakat agar bisa memenuhi tingkat budayanya. Dengan
adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Misalnya saja pada sekelompok masyarakat
di daerah Toraja. Toraja merupakan daerah yang dikenal dengan
kebudayaan dan adat istiadatnya yang masih sangat kental, dan masih jauh dari kata modernisasi. Di
Toraja sering kita lihat pelaksanaan
upacara-upacara keaagamaan seperti Rambu solo, Rambu solo (upacara kematian) yang bertujuan untukmenghormati dan
menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, upacara ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara
ini terdapat beberapa rangkaian ritual,seperti proses pembungkusan jenazah,
pembubuhan ornament dari benang emas danperak pada peti jenazah, penurunan
jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat
peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam
upacara adat ini terdapat berbagai
atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau,kerbau-kerbau yang
akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih. Kerbau yang akan
disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau bule Tedong Bonga yang
harganya berkisar antara 10 50 jutaatau lebih per ekornya.
Pada saat acara-acara ritual budaya
seperti itu, tingkat pembeliaan dan konsumsi sekelompok masyarakat menjadi
meningkat. Misalnya peningkatan pembeliaan kerbau
sebagai pelengkap untuk sesaji atau persembahan pada acara
tersebut. Baju yang dipakai pun saat upacara
sudah ditentukan yang harus mengenakan warna hitam yang melambangkan
kematian/kegelapan yang akan menjadi akhir kehidupan manusia di bumi sebelum
memulai perjalanan menuju Kayangan. Maka secara tidak langsung juga
meningkatkan pembelian terhadap baju/kain berwarna hitam.
Itulah salah satu factor pengaruh
kebudayaan suku terhadap pembelian dan konsumsi.
BAB III
Kesimpulan
Konsumen adalah makhluk sosial yang dipengaruhi
oleh lingkungan sosialnya dan mempengaruhi lingkungan sosialnya. Dimana
pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, nilai dan etnis. Sebagai dasar utama
perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau
menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Kebudayaan
adalah faktor penentu yang paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang
dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat
tertentu. Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Oleh karena itu budaya juga ikut mempengaruhi
perilaku para konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar